Selasa, 26 April 2011

In Memoriam Soeprapto Soejatmo : Anak Akur dan Rawat Mobil

Satulagi tokoh otomotif meninggalkan kita semua. Soeparto Sujatmo (68 tahun) menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Siloam, Lippo Karawaci, Sabtu (12/3) pukul 01.35 WIB. Mantan Direktur Teknik PT Timor Putra Nasional dan Sekjen PP IMI ini meninggal setelah hampir 2 tahun dibelit komplikasi penyakit di tubuhnya.

Di hadapan ketiga anaknya, dan sang istri Novi (asal Jepang), Om Parto, begitu lelaki ini biasa disapa, sempat membisikkan sesuatu sebelum detik-detik terakhir. "Papa sempat berucap minta anak-anak akur dan disuruh rawat mobilnya. Gak gitu jelas mobil yang mana, soalnya waktu papa udah payah banget. Tapi feeling saya mobil yang papa bikin kali ya," ujara Ayako Kusumawardhani, anak pertama dari 3 anak Om Parto. Anak kedua dan ketiganya yakni Sunny TS (pembalap turing) dan Dewi.

Almarhum memang tengah merancang mobil buatan sendiri yang murah dan cocok  di Indonesia sebelum jatuh sakit. Mobil dengan kapasitas mesin 600 cc itu menjadi maskotnya. Sayangnya sebelum mobil itu banyak dipublikasikan, Om Parto dipanggil Sang Ilahi.

Tampak sanak saudara, handai taulan, komunitas balap hingga sejumlah mantan pejabat negara mengiringi hingga ke pemakaman terakir di Karet Bivak, Jakarta Selatan, Sabtu (12/3) pukul 14.00 WIB. Tinton Soeprapto, sang adik, tampak sibuk dalam liang kubur hingga membuka tali kafan di kepala sebelum dikuburkan.

"Kita kehilangan tokoh otomotif, mantan sekjen PP IMI, yang sangat setia dengan dunia otomotif. Integritas dan upayanya memajukan dunia balap layak diteladani kita semua," ujar Juliari Batubara,  Ketua Umum PP IMI di Karet Bivak.

Helmy Sungkar masih teringat betapa almarhum sangat peduli terhadap urusan safety. "Sekitar 20 tahun lalu bersama saya ingin mengembangkan helm merek Arai di Indonesia. Namun kemudian tak terlaksana karena kita tak hanya ingin menjadi tukang jahit, tetapi produsen. Almarhum Om Parto memperhitungkan hal detail seperti itu," ungkap Helmy.

Selamat jalan Om Parto, kami akan mengenang karya-karyamu. 
(otosport.co.id)

Mobil Rusnas, Kendaraan Ringan Rancangan Alm. Suparto Soejatmo

Published By Seputar Wirausaha under Teknologi Industri  Tags: ,  

Kemampuan melakukan rancang bangun kendaraan bermotor kini bukan lagi monopoli negara-negara maju. Para ahli dan praktisi otomotif nasional pun kini sudah mampu menciptakan platform kendaraan bermotor roda empat yang seluruh proses penciptaannya mulai dari perancangan sampai pembangunannya dilakukan sendiri oleh putra-puteri anak bangsa.

Kemampuan rancang bangun produk otomotif itu tidak hanya terbatas pada kendaraan roda dua (sepeda motor), tetapi juga pada kendaraan bermotor roda empat atau mobil. Salah satu produk kendaraan bermotor roda empat hasil karya cipta anak bangsa itu diantaranya adalah Mobil Sunny 500 yang oleh Badan 

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) diberi nama Mobil Rusnas (Riset Unggulan Strategis Nasional). Mobil hasil rancangan Suparto Soejatmo, seorang ahli desain dan perekayasaan otomotif yang juga Presiden Direktur PT Indo Techno Mandiri itu, kini telah selesai dibuat satu unit prototipenya melalui kerjasama dengan BPPT.

Kendaraan ringan yang rangkanya terbuat dari pipa baja sedangkan badan mobil (body)-nya terbuat dari bahan fiber glass dan digerakkan dengan mesin bensin dua silinder berkapasitas 500 cc itu merupakan hasil karya rancang bangun Suparto beserta tim. Suparto sendiri yang merancang mesin mobil Sunny 500 yang kemudian dibangun bersama tim BBPT sehingga dihasilkan engine Rusnas.

Keistimewaan mesin Rusnas itu, selain irit konsumsi bahan bakarnya juga dapat menggunakan dua jenis bahan bakar, yaitu bahan bakar bensin atau Bahan Bakar Gas (BBG) dari kelompok Compressed Natural Gas (CNG). Kendaraan ringan yang dirancang secara khusus oleh Suparto untuk memenuhi kebutuhan angkutan di lingkungan kompleks perumahan dan untuk angkutan pedesaan, mampu melaju dengan kecepatan 60-70 km per jam.

“Sebetulnya saya sudah mencoba kendaraan ini dengan kecepatan hingga melebihi 100 km per jam, namun mengingat kendaraan ini bobotnya sangat ringan karena terbuat dari rangka pipa baja dan body dari fiber glass, maka kecepatannya harus dibatasi hanya sampai 60-70 km per jam agar penggunaanya tetap aman dan nyaman. Sebab, kalau kecepatannya jauh di atas 100 km per jam, mobil ini bisa melayang mengingat bobotnya yang ringan,” kata Suparto.

Dengan alasan itu pula, Suparto merekomendasikan agar kendaraan tersebut tidak dipergunakan di jalan tol atau jalan raya bebas hambatan lainnya karena kalau kendaraan ini berpapasan dengan truk atau bus yang melaju dengan kecepatan tinggi bisa timbul efek negatif yang tidak diinginkan.

Kegiatan rancang bangun mesin bukanlah sesuatu yang asing bagi Suparto. Sebab, ketika masih bermukim di Italia, Suparto pernah merancang mesin mobil dengan kapasitas 1500 cc dan 1600 cc serta memproduksi prototipe mesin hasil rancangannya itu dengan menggunakan dana sendiri. Bahkan rancangan mesin berkapasitas 1500 cc dan 1600 cc itu suatu ketika pernah diperlihatkan kepada mantan Presiden Habibie pada saat beliau berkunjung ke Italia.

Sedangkan mesin Rusnas sendiri mulai dirancang Suparto sejak tahun 2001 ketika dia sudah bermukim kembali di Indonesia. Secara kebetulan Menristek/Kepala BPPT ketika itu (tahun 2003), Hatta Rajasa berkunjung ke workshop Suparto di Jakarta dan berkesempatan melihat mesin Sunny 500 hasil rancangan Suparto.

“Menristek tertarik mesin Sunny 500 hasil rancangan saya dan menyatakan Kementerian Ristek/BPPT siap membiayai pembuatan mesin yang kemudian disebut mesin Rusnas,” kata Suparto mengenang perjumpaannya dengan Menristek/Kepala BPPT Hatta Rajasa.

Setelah mesin Rusnas berhasil dibangun bersama dengan tim BPPT, Suparto mulai berpikir untuk menggunakan mesin tersebut untuk menggerakkan kendaraan/mobil. Karena itu, Suparto kembali memutar otaknya untuk merancang sebuah kendaraan yang dapat digerakkan dengan mesin Rusnas 500 cc itu. Setelah mempertimbangkan berbagai aspek ekonomi, bisnis dan sosial kultural masyarakat Indonesia, akhirnya Suparto memutuskan untuk membangun mobil ringan dengan bahan rangka dari pipa baja dan material body terbuat dari fiber glass. Kedua jenis bahan tersebut dipilih setelah mempertimbangkan berbagai aspek di atas dengan harapan harga jual mobil ringan itu bisa terjangkau oleh masyarakat khususnya di pedesaan.

Menurut Suparto, hasil rancangan mobil ringan itu sebetulnya bisa saja diproduksi secara massal untuk mengisi pasar otomotif di dalam negeri. Namun sejauh ini Suparto mengaku pihaknya tidak memiliki modal kerja yang cukup untuk memproduksi mobil tersebut, kecuali kalau ada calon investor yang berminat memodali produksi kendaraan ringan tersebut secara massal.

“Mengenai harga jualnya, tentu sangat relatif. Sebab hal itu sangat tergantung kepada volume produksinya. Semakin besar volume produksinya maka semakin dapat ditekan harga jualnya,” kata Suparto seraya menambahkan kalau skala ekonomis produksi Mobil Rusnas dapat dicapai maka mobil tersebut dapat dijual kepada umum dengan harga di atas Rp 30 juta.

Sejauh ini, Suparto melalui PT Indo Techno Mandiri miliknya telah berhasil mengembangankan tiga varian Mobil Rusnas, yaitu sedan, pick up (bak terbuka) dan minibus. Mobil ringan tipe sedan Rusnas sendiri memiliki kapasitas tempat duduk untuk empat orang penumpang dan mampu mengangkut barang seberat 200 kg.

Untuk meningkatkan kemampuan mobil, mesin mobil sedan Rusnas dapat ditingkatkan kapasitasnya menjadi 650 cc. Dengan kapasitas mesin yang relatif kecil seperti itu, maka konsumsi bahan bakar bensin pun bisa dihemat. Konsumsi bahan bakar bensin mobil Rusnas cukup irit, yaitu 1 liter bensin dapat digunakan untuk menempuh jarak sejauh 30 km. Fitur ini sangat penting karena dewasa ini harga BBM di dalam negeri terus mengalami kenaikan sejalan dengan naiknya harga minyak bumi dunia dan dipangkasnya subsidi BBM oleh pemerintah.

Kemampuan Suparto dalam melakukan rancang bangun kendaraan bermotor memang tidak datang begitu saja. Latar belakang pendidikan dan segudang pengalaman bekerja di industri otomotif dunia telah memungkinkan Suparto untuk membuat karya cipta berupa rancang bangun mobil yang diilhami dari gagasan-gagasannya sendiri.

Suparto yang mantan PNS di Departemen Perindustrian itu sempat menempuh pendidikan di Waseda University, Tokyo, Jepang di bidang mesin dan engineering. Seusai menamatkan kuliah di Waseda University, Suparto tidak langsung pulang ke Indonesia melainkan tetap tinggal di Jepang dan bekerja di sebuah perusahaan otomotif negeri Sakura itu.

Pengalaman di bidang mesin dan perekayasaan otomotif juga diperoleh Suparto dari sejumlah perusahaan industri otomotif di berbagai negara. Sebab, setelah bermukim selama kurang lebih 13 tahun di Jepang, Suparto sempat bermukim di sejumlah negara Eropa untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan otomotif kelas dunia. Salah satu perusahaan otomotif Eropa yang pernah menjadi tempat kerja Suparto adalah Lamborghini di Italia.

Suparto juga pernah bekerja sebagai mekanik pada perusahaan pengelola balapan mobil terkemuka di dunia Formula 1 (F1) pada tahun 1970-an dan sempat mendirikan usaha sendiri yang bergerak di bidang mobil balap (motor sport). Kini di usianya yang sudah tidak muda lagi, Suparto yang merupakan kakak kandung dari mantan pembalap nasional Tinton Suprapto itu menjalankan perusahaan Research and Development (R&D) di bidang desain dan perekayasaan yang diberinya nama PT Indo Techno Mandiri.

Sumber : Majalah Kina (No.2-2008) Departemen Perindustrian RI

MESIN 100% Indonesia dari ITM


Mesin 4 tak 500cc 2 silinder segaris yang dirancang bangun oleh salah satu begawan mesin Indonesia, Alm. Bpk. Soeparto Soejatmo, owner ITM dan salah satu penasehat ASIA NUSA. Kabar terakhir sedang dalam tahap penyelesaian riset untuk perangkat injeksinya…..


 Rancangan dan Perancangnya… Alm. Bpk. Soeparto Soejatmo

Mesin Rusnas

Kini Suparto Soejatmo (73) merancang mesin kecil 500 cc berbahan bakar bensin. Rancangan dilakukan tahun 2002 dengan dana program Riset Unggulan Strategis Nasional dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi. Program ini melibatkan peneliti dan perekayasa yang diketuai I Nyoman Jujur di Pusat Teknologi Material Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

Suparto tahun 1960-an terlibat perancangan mesin bemo, mesin mobil balap di Jepang dan Eropa, juga mesin mobil Timor yang batal diterapkan.

Tahun 2007 pembuatan mesin serba guna ini mencapai tahap akhir. Tahun ini telah melewati tahap uji coba dan akan masuk ke tahap studi produksi.

Pembuatan prototipe mesin melibatkan industri logam di Tegal, PT NEFA Global Industries, dengan supervisi dari BPPT. Bahan baku mesin paduan aluminium yang relatif ringan.
Tahun 2008 PT NEFA Global Industries mampu membuat lima mesin Rusnas dengan kualitas sama dengan prototipenya.

Uji kinerja prototipe mesin ini dilakukan di Balai Termodinamika Motor dan Propulsi di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Serpong, Banten.

Di lapangan, mesin ini tidak hanya digunakan untuk mengangkut hasil bumi, tetapi juga bisa sebagai mesin proses, misalnya untuk menggiling jagung atau pengupas kopi. Prototipe mesin ini dapat diaplikasikan di kapal nelayan, mobil mini perkotaan, dan motor penggerak alat pertanian.

”Mobil mini dengan nama GEA-Rusnas sudah diuji coba. Hasilnya baik, dilakukan tes di Sentul, Jawa Barat, dengan kecepatan 90 kilometer per jam,” urai Suparto, Presiden Direktur Indo Techno Mandiri.

Sistem injeksi

Selain prototipe mesin yang menggunakan sistem karburator, juga dikembangkan sistem injeksi bahan bahan bakar secara elektronis (electronic fuel injection/EFI) yang relatif baru digunakan di bidang otomotif.

Sistem ini dibangun dengan memanfaatkan potensi lokal melalui pembuatan electronic control unit. Saat injeksi dan pembakaran mulai dikomputasikan agar mesin yang optimal.

Pengembangan lain, mesin dimodifikasi agar bisa digerakkan dengan dua bahan bakar—premium dan bahan bakar gas dari jenis compression natural gas (CNG)—yang lebih murah dan aman dibandingkan dengan liquefied petroleum gas (LPG).

Mesin Rusnas ini akan ditingkatkan kandungan lokalnya hingga 98 persen dan harga jual tidak lebih dari Rp 8 juta.

Saat ini beberapa pemerintah daerah di Jawa Timur akan memakainya untuk penggerak alat pengangkut sampah serta di Sulawesi Selatan untuk angkutan perairan. Jika dipasangkan pada kendaraan bermotor, mobil mini itu dijual sekitar Rp 40 juta.